Minggu, 24 Maret 2013

sepatah kata untuknya

Percakapan kita semalam menghentakku dalam sekelinjang debar Tentang alur gelora dan awan asmara yang selama ini menguar Dalam detakku, detakmu; dalam sebuah relung yang tak mungkin tersiar Karna relung itu hanya mampu menikam dalam geletar dan denyar Tanpa sanggupku, sanggupmu menyusunnya dalam alur terhampar Namun, semalam, mengapa kau ingat lagi gelora itu? Kala aroma wangi Adam lain tengah meracuniku dalam semu? Namun, semalam, mengapa kau ingat lagi asmara itu? Kala desah tutur bidadara lain tengah membunuhku dalam debu? Ah, benarkah kau cinta padaku? Cinta yang ketika kau merangkak ke barat, menyeretmu tuk berpulang Cinta yang ketika kau berjalan ke timur, menghentakmu tuk berpaling Cinta yang ketika kau berlari ke utara-selatan, mengembalikan dirimu tuk berdesing Berpulang, berpaling, dan berdesing padaku Satu-satunya bidadari hatimu Yang tak ingin diakuimu, karena dimensi sang waktu

Tidak ada komentar:

Posting Komentar