Rabu, 27 Maret 2013

pekerjaan orang hebat

Jangan memupus ambisi orang. Karena itu pekerjaan orang kecil. Maka pekerjaan orang hebat adalah berusaha membuat orang-orang sehebat dirinya. Kali ini saya harus menyebut dua orang saudara; Shahdan dan Garry. Saya senang dengan mereka berdua dan insya Allah dapat mencintai mereka berdua. Alasannya sederhana. Mereka yang paling kuat berambisi dan yang paling sukar letih dalam berikhtiar. Karena seseorang yang bersungguh-sungguh adalah lebih baik dari orang yang lain. Memiliki sahabat yang bermimpi itu mengasyikan. Dan puncaknya ketika masing-masing capaian mereka siap dituai. Menjadi orang yang memiliki keinginan untuk memperoleh tempat yang terbaik di hadapan Allah itu sungguh menyenangkan. Karena tiap-tiap sela waktu kita diisi dengan usaha pencapaian yang berpahala. Setiap tarik dan hembusan napas kita dimanifestasikan dalam hal yang bermanfaat. Dan saya mendapati cita-cita mereka berdua seperti demikian. Laksana bibit berjuta pahala. Maka saya akan sangat senang apabila terlibat dalam pencapaiannya. Setiap orang memiliki cita, tiap cita harus diselimuti dengan usaha, tiap usaha mendapat rintangan, tiap rintangan adalah anak tangga, dan tiap anak tangga berujung pencapaian. Setiap yang berambisi menghadapi pelbagai kesulitan. Dan tugas kita di sini cukup mudah. Jangan menjadi hambatan bagi cita orang lain. Jangan pernah menjadi pemusnah impian, pemupus harapan. Karena keberadaan kita di sini untuk membangun, bukan meruntuhkan. Untuk ikut berbahagia saat sang sahabat bersorak senang atas pencapaiannya. Dan kerap ada waktu yang paling menggoda untuk menggoyah cita sahabat dengan lisan kita. Ketika kita memilih berkata “air di tempat ini sangat dingin” bukan “di tempat ini airnya menyejukkan” saat sahabat kita sedang bersemangat untuk berdiri tahajjud di malam hari. Ketika kita membuncahkan segala pengetahuan kita tentang pantangan-pantangan cita seseorang. Saat perkataan sombong kita hanya membuat nyali seseorang ciut. Saat pengalaman pahit kita menjadikan cita orang lain menjadi ancai. Membuat orang menjadi takut. Dan tidak ada alasan bagi kita untuk mengkritik impian orang lain sekalipun bagi kita adalah hal yang musykil. Dan janganlah cemburu dengan pencapaian orang lain. Banyak ditemukan kebiasaan buruk orang yang gagal mencapai cita adalah menanggalkan impian orang lain yang bercita sama. Kesombongan membuat orang tidak ingin melihat orang lain lebih baik. Ketika sahabat berhasil menunaikan shaum setiap senin dan kamis, yang ia lakukan bukan menyamai dan membersamai amalannya. Tetapi ia bersipayah menggoda agar orang lain bisa seburuk dirinya. Ia tidak suka dengan orang lain yang sedang konsisten mengejar cita agung dengan amal shalih. Karena mereka ingin menjadi yang paling tinggi, dengan menjatuhkan orang lain ke tempat yang lebih rendah. Maka pekerjaan kita bukan seperti orang kecil di atas. Kegelisahan kita tidak tampak ketika orang lain sedang bergembira. Tetapi kita bersama dengan mimpi dan harap mereka. Kita ikut bahagia ketika sang sahabat berhasil shalat di masjid lima waktu. Kita ikut bahagia ketika hati orang lain menggelora. Karena letak kebaikan kita di situ. Letak kebaikan kita berada saat membuat orang lain lebih baik dari kita. Dan kunjungilah mimpi-mimpi mereka dengan berkala. Karena boleh jadi satu waktu ikhtiar mereka melemah. Amalan mereka banyak meredup. Dan tugas kita datang sebagai api. Membarakan kembali.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar