Rabu, 27 Maret 2013

membalas air tuba dengan air susu

Tugas kita, membalas air tuba dengan air susu Perselisihan akan sulit untuk usai ketika kita berada dalam pihak yang benar. Mengapa? Karena dalam posisi yang ini, mengalah menjadi hal yang berat. Meminta maaf tanpa memiliki kesalahan menjadikan diri kita risau. Berpikir bahwa harga diri akan merosot terambau kala mengalah tanpa salah membuat hati kita melayang angkuh. Menjadikan perselisihan semakin berumur. Tetapi di sinilah seharusnya seorang muslim bertaji. Menunjukkan diri yang memang layak menahan gelombang nafsu. Untuk tidak angkuh, untuk tidak sombong, untuk tidak meninggi di hadapan sang asor yang kalah. Karena seribu bukti yang menyatakan kesalahan si pecundang takkan berdaya apa. Takkan menyelesaikan perselisihan yang timpang. Hanya akan menyembilu hati dan menghasilkan luka abadi dan cena. Karena seribu bukti yang memenangkan kita takkan menjadikan tali persaudaraan terikat erat. Menuntaskan perselisihan dengan cara yang kasar. Terlihat lembut namun tetap terasa kasar, seperti cual. Hanya menjadikan kita seperti mengawang padahal menginjak rendah orang lain. Maka iman seorang muslim hadir di sini untuk melawan gejolak nafsu yang bergas. Karena ia yang berdaya untuk mengalah dalam kemenangan. Karena ia yang sanggup meminta maaf saat tidak mengemban cela. Karena ia yang berani menunduk rengkuh di depan orang salah yang meninggi. Karena orang beriman yang berdaya. Untuk tidak menyidang salah dengan seribu bukti nyata dan memilih menyungging senyum mengambau rendah. Karena ia yakin jalan inilah yang menyelesaikan pertikaian dengan cara yang elok. Yang bukan hanya menuntaskan pertikaian bahkan membangun peradaban cinta di kedua hati. Dan bagi seorang muslim cela orang menjadi kesempatan. Dosa seseorang menjadi tanaman gagah berbuah aneka pahala. Karena ia bisa menuai pahala sebanyak-banyaknya. Ia bisa memohonkan ampunan untuk orang yang lallim padanya. Ia bisa meminta maaf atau menawarkannya. Ia berdaya untuk membuat hati yang gelisah bersalah menjadi mendekat hangat. Karena seorang muslim memiliki senjata andalan; iman. Dengannya gejolak nafsu untuk meninggi mengerdil. Dengannya rasa ujub menjadi sirna ancai. Lebih dari itu mengalah memberikan akibat yang lebih indah. Membalas satu kesalahan orang dengan dua kebaikan berdampak istimewa. Menjadikan dua hati yang membenci jadi mencinta. Menjadikan dua batin yang berseteru gelisah menjadi indah terikat ukhuwah. "Sambunglah orang yang memutuskanmu, berilah makan orang yang bakhil terhadapmu, dan berilah maaf orang yang berbuat zhalim terhadapmu." (Al-Hadits)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar