Jumat, 02 Agustus 2013

nusantara

Hamparan sejarah tersusun tanpa kata Pada patriot yang gugur tak sempat kutitipkan doa Sajak nasionalisme terkikis di tiap sudut kota Riuhnya hanya sebatas suka Wajah-wajah miris, menangis tragis Mencari warna emas di pelosok negeri, kami pun berderai lagi Saatku dulu, bumiku terhampar padi yang sekuning itu Saatmu kini, terpapar gedung tinggi mencengkeram bumi Nusantara telah berganti Wajahnya tak sepolos zamanku tempo itu, memang telah terpoles sebuah reformasi Entah seperti apa pun topeng potretmu, Negeriku Akan berubah mengikuti lajunya sang waktu Tetap saja Indonesia adalah seluas Nusantara Negara kepulauan yang termahsyur namanya Belahan bumi tersempurna yang telah Tuhan anugerahkan kepada kita Dengan segala keragaman Menyatu dalam perbedaan Bersama menjalin indahnya kebinekaan

negiri INDONESIA

Suara langit tak pernah menepi, apalagi pergi Langkah kami anak negeri, juga tak pernah berhenti Kuasa tanpa asa bukanlah tersemat di tiap sanubari Hanya asa, kuasa yang ditopang sebuah harapan pada Bumi Pertiwi Titik-titik jejak bukannya beriring saat mentari pagi Bumi saksi kerasnya liku jalan kami, bahkan saat sang bulan kian meninggi Kapan bisa kurengkuh kebenaran, biar bisa mengabdi sepenuh hati? Menulis kisah tanpa guratan hitam korupsi Cinta kami seputih gumpalan pelangi Namun berbaur kotornya gradasi politik ini Suara-suara lantang datang menguji Perut-perut lapar tak ada yang peduli Tanah Air beta, rintihan anak negeri tersamarkan lagi Betapa cinta tunas-tunas bangsa lahir pada kami Semangat berapi-api berjuang dengan usaha sediri Belajar, alasan yang terus memotivasi Esok nanti, kamilah yang mengubah sejarah kisah Ibu Pertiwi Tangan kurus putra-putri dari seluruh penjuru negeri Bersatu merangkul ilmu, untukmu, Indonesia yang kami cintai Percayalah, bakti jiwa raga kami tetap: padamu, Negeri!